Wah... Melayat Kok Malah Bertemu "yang Meninggal"

Tuesday, June 30, 2009 Writen by Gaza
Peristiwanya memang sudah hampir sepekan berlalu, tetapi ini sungguh terjadi. Ceritanya, keluarga Bu Marno (bukan nama sebenarnya) yang tinggal di Wates, Kulonprogo, DIY, mendapat kabar duka (lelayu) dari kerabatnya yang tinggal di Piyungan, Bantul. Isinya, salah satu kerabatnya bernama Pakde Atmo meninggal dunia pada Rabu (24/6) sore.

Menurut berita lelayu itu, jenazah akan dimakamkan keesokan harinya. Atas berita itu, diputuskan keluarga akan beramai-ramai melayat keesokan harinya. Akan tetapi, sorenya diperoleh kabar bahwa Bu Marno dan seorang anaknya yang sedang di Jakarta ternyata pada Kamis itu baru pulang ke Wates.

Maka, rencana melayat pun ditunda sehari kemudian. Dengan mencarter sebuah minibus, pada Jumat pagi rombongan keluarga Bu Marno beserta anak menantu dan cucu berangkat ke Piyungan yang jaraknya sekitar 50 km. Seperti layaknya orang melayat, semua berangkat dengan pakaian warna gelap. Masing-masing keluarga juga siap dengan amplop uang duka sekadar buat membeli bunga.

Sampai di rumah Pakde Atmo yang dituju, tentu saja semua sudah pasang wajah duka, bahkan air mata pun siap dikeluarkan kalau keluarga yang ditinggalkan ambruk meluapkan kedukaan. Namun, kok suasana rumah Pakde sepi-sepi saja, tak ada tanda-tanda bekas ada gawe.

"Ah barangkali memang sudah selesai. Semua lagi istirahat. Keluarga yang jauh sudah pada pulang," begitu pikir Mbak Marni (bukan nama sebenarnya), salah satu anggota rombongan. Maka, diketuklah pintu, dan kemudian masuklah mereka. Ketika penghuni rumah mempersilakan duduk, semua segera melangkah ke kursi tamu yang tersedia. Sejauh itu suasana masih beku layaknya orang melayat.

Suasana berubah menjadi ger-ger-an ketika Pakde Atmo keluar dari ruang dalam. "Lho, Pakde kok masih meger-meger ki piye to? (Lho Pakde kok masih sehat walafiat, ini bagaimana sih?)," kata Mbak Marni tak bisa menahan tawa dan kekagetannya.

Maka, suasana duka pun berubah jadi penuh tawa sepanjang pertemuan yang diwarnai dengan penjelasan bahwa yang meninggal memang Pakde Atmo, tapi Pak Atmo yang lain. "O Allah... wong masih meger-meger kok dilayati ki piye to mbak?

Kabar lucu itu pun segera dikabarkan ke Jakarta. Tujuannya agar kerabat di Jakarta tak menelepon anak-anak Pakde Atmo yang di Jakarta untuk mengucapkan belasungkawa. Kalau sampai begitu, apa enggak heboh?

Laporan wartawan KOMPAS M Suprihadi
Shortcut

Post a Comment