Sebelum Nikah, Cek Kesehatan Dulu!
Tuesday, March 17, 2009
Aspek medis sering kali diabaikan dalam perencanaan pernikahan. Padahal, pemeriksaan kesehatan pranikah diperlukan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Pemeriksaan medis juga penting untuk mendeteksi penyakit dan kelainan yang bisa menular pada pasangan maupun memengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandung.
”Pasangan yang akan menikah hendaknya menjalani pemeriksaan medis,” kata dokter spesialis kandungan dan kebidanan dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/ RSCM), Dwiana Ocviyanti, Sabtu (14/3), dalam ”Wedding Expo 2009” di aula FKUI, Jakarta.
Tujuannya adalah mendeteksi penyakit-penyakit yang dapat menular pada pasangan, mengenali penyakit atau kelainan yang dapat memengaruhi hubungan suami dan istri, serta deteksi penyakit atau kelainan yang bisa memengaruhi calon janin.
”Ada beberapa penyakit yang bisa ditularkan melalui kontak seksual, yaitu hepatitis dan infeksi menular seksual,” ujar Dwiana.
Pemeriksaan medis pranikah juga untuk mendeteksi penyakit atau kelainan yang memengaruhi kesehatan ibu bila terjadi persalinan dan memengaruhi kemampuan pasangan untuk memiliki anak. Contohnya, bila calon istri dideteksi menderita kelainan jantung, kehamilan sebaiknya ditunda agar tidak membahayakan jiwa ibu dan janin.
”Kehidupan modern juga kerap menyebabkan pasangan harus menunda kehamilan, misalnya calon ibu terikat kontrak kerja yang tidak membolehkan dia hamil dalam jangka waktu tertentu,” kata Dwiana.
Oleh karena itu, penting bagi pasangan untuk mengetahui keuntungan dan kerugian penundaan kehamilan. Perencanaan kehamilan juga mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Persiapan psikologis
Selain itu, konselor perkawinan dan keluarga, Adriana S Ginanjar, menyatakan, pasangan yang hendak menikah perlu persiapan psikologis yang matang. Hal tersebut disebabkan pernikahan itu mempersatukan dua orang dengan latar belakang berbeda sehingga butuh penyesuaian dan toleransi.
Perkawinan juga merupakan ikatan seumur hidup dengan kehadiran anggota keluarga baru, mengalami perubahan sepanjang waktu, dan banyak menghadapi masalah atau gangguan dari dalam maupun dari luar.
Oleh karena itu, pasangan perlu menguasai sejumlah keterampilan penting dalam perkawinan, yaitu komunikasi efektif antara lain saling terbuka, mendengarkan dengan hati, mengatasi perbedaan dan konflik dengan kompromi, memuji.
Keterampilan lainnya adalah mengekspresikan cinta baik dengan kata-kata yang membesarkan hati, meluangkan waktu untuk bersama, memberi hadiah istimewa, dan sentuhan fisik. (KOMPAS)
Lihat Juga:
Spanyol Bantu 20 Miliar Untuk Pemilu RI
”Pasangan yang akan menikah hendaknya menjalani pemeriksaan medis,” kata dokter spesialis kandungan dan kebidanan dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/ RSCM), Dwiana Ocviyanti, Sabtu (14/3), dalam ”Wedding Expo 2009” di aula FKUI, Jakarta.
Tujuannya adalah mendeteksi penyakit-penyakit yang dapat menular pada pasangan, mengenali penyakit atau kelainan yang dapat memengaruhi hubungan suami dan istri, serta deteksi penyakit atau kelainan yang bisa memengaruhi calon janin.
”Ada beberapa penyakit yang bisa ditularkan melalui kontak seksual, yaitu hepatitis dan infeksi menular seksual,” ujar Dwiana.
Pemeriksaan medis pranikah juga untuk mendeteksi penyakit atau kelainan yang memengaruhi kesehatan ibu bila terjadi persalinan dan memengaruhi kemampuan pasangan untuk memiliki anak. Contohnya, bila calon istri dideteksi menderita kelainan jantung, kehamilan sebaiknya ditunda agar tidak membahayakan jiwa ibu dan janin.
”Kehidupan modern juga kerap menyebabkan pasangan harus menunda kehamilan, misalnya calon ibu terikat kontrak kerja yang tidak membolehkan dia hamil dalam jangka waktu tertentu,” kata Dwiana.
Oleh karena itu, penting bagi pasangan untuk mengetahui keuntungan dan kerugian penundaan kehamilan. Perencanaan kehamilan juga mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Persiapan psikologis
Selain itu, konselor perkawinan dan keluarga, Adriana S Ginanjar, menyatakan, pasangan yang hendak menikah perlu persiapan psikologis yang matang. Hal tersebut disebabkan pernikahan itu mempersatukan dua orang dengan latar belakang berbeda sehingga butuh penyesuaian dan toleransi.
Perkawinan juga merupakan ikatan seumur hidup dengan kehadiran anggota keluarga baru, mengalami perubahan sepanjang waktu, dan banyak menghadapi masalah atau gangguan dari dalam maupun dari luar.
Oleh karena itu, pasangan perlu menguasai sejumlah keterampilan penting dalam perkawinan, yaitu komunikasi efektif antara lain saling terbuka, mendengarkan dengan hati, mengatasi perbedaan dan konflik dengan kompromi, memuji.
Keterampilan lainnya adalah mengekspresikan cinta baik dengan kata-kata yang membesarkan hati, meluangkan waktu untuk bersama, memberi hadiah istimewa, dan sentuhan fisik. (KOMPAS)
Lihat Juga:
Spanyol Bantu 20 Miliar Untuk Pemilu RI
Shortcut
Kesehatan